Saturday, March 28, 2009

Kampanye Terbuka Cuma Bikin Macet

Jakarta sudah terkenal dengan kepadatan lalu lintasnya yang luar biasa. Bagaimana tidak? Untuk mencapai jarak yang dekat (1-2 km) saja butuh waktu berjam-jam di jalan. Sialnya, letak tujuannya berada di titik termacet di Jakarta. Nah, masalahnya adalah, ada ribuan titik macet yang lama kelamaan terus bertambah di Jabodetabek. Belasan juta pengguna jalan beraktivitas setiap hari. Ini yang menjadi salah satu tantangan bagi pemimpin di masa mendatang, yaitu kemacetan. Bukan prioritas nomor satu memang, tapi boleh dibilang sebagai TOP SHORTLIST pemerintah saat ini.

Nah, negeri kita sedang menantikan pemimpin-pemimpin baru tahun ini. Pastinya, ada banyak cara yang dilakukan oleh ke-38 partai politik untuk mendapatkan rasa simpati masyarakat, salah satunya adalah kampanye terbuka. Yang menambah masalah justru konvoy parpol yang dilakukan oleh "orang-orang bayaran" parpol inilah yang menambah derita masyarakat Jakarta dan sekitarnya, bahkan di seluruh Indonesia. Bagian dari kampanye terbuka ini yang justru semakin membuat masyarakat pengguna jalan semakin antipati dengan brand parpol yang dibawanya. Memang sampai saat ini, mudah-mudahan tidak pernah terjadi, tidak ada aksi anarkhis atau aksi keras yang bisa membahayakan masyarakat, namun ketidakdisiplinan orang-orang inilah yang membuat gusar. Sementara pengguna jalan lain harus mengalah terus menerus. Yah, daripada nanti mati digebukin...

Pak SBY secara terbuka malah memohon maaf karena aksi kampanye terbuka ini jelas-jelas memang menciptakan kemacetan di mana-mana. Lah, Pak, dicari dong cara lain untuk menambah simpati masyarakat buat parpolnya. Kalau caranya begini terus, masyarakat malah semakin stres, dan mengutuki para pengguna jalan lain yang tidak disiplin tersebut. Alih-alih mencontreng foto Bapak atau Ibu yang diusung tersebut, malah tidak jadi deh..

Singkatnya, minimalisir konvoy seperti ini. Rakyat sudah mual dengan banyaknya spanduk, baliho, selebaran, pamflet, dll yang tersebar di mana-mana. Jangan ditambah dengan aksi-aksi yang sangat tidak efektif dan efisien ini. Sudah tahu Jakarta padat, jangan lagi ditambah-tambahin..

Just a thought..

No comments: