Semua orang di dunia ini pasti berusaha keras untuk mendapatkan kebahagiaan. Di sini bukanlah uang banyak yang dimaksud, karena uang adalah alat manusia untuk melakukan segala perkara, kecuali mendapatkan kebahagiaan. Uang memang salah satu faktor pendukung kebahagiaan, namun uang bukanlah faktor utama dan bukan satu-satunya.
Bukannya menjadi orang yang munafik yang sok tidak butuh uang, namun yakinkah kita bahwa 100 orang terkaya di dunia ini juga menjadi 100 orang yang paling berbahagia di muka bumi ini? Atau sebutlah 10 selebritis favorit yang menurut kita sangat populer, yakinkah bahwa mereka juga bahagia? Salah satu bintang Hollywood yang sedang naik daun, Shia LaBeouf (Transformers, Indiana Jones 4, Eagle Eye), pernah menyatakan pada pers bahwa cita-citanya di masa mendatang adalah menjadi orang biasa-biasa saja seperti saya dan anda. (?!?). Manusia memang tidak pernah puas, bukan??
Saya memang bukan orang yang paling kaya se-Jakarta Barat. Bukan juga seorang selebritis terkenal atau anak pejabat yang memiliki banyak fans dan pendukung. Saya bukan mahasiswa terbaik di kampus atau pelayan teladan di gereja, dan saya pun bukan anak emas siapa-siapa. Namun, satu hal yang saya bisa pastikan, saya termasuk orang yang bahagia. Mengapa bahagia dan selalu tampil ceria di hadapan semua orang? Ini bukan suatu paksaan karena saya ingin selalu terlihat 'prima' setiap kali bertemu orang lain, atau topeng agar senyum dan tawa itu dapat menutupi seluruh permasalahan yang ada. Masalah pasti ada, namun bagaimana kita menyikapinya.
Masalah selalu datang dan pergi. Dan saya bukanlah orang yang hidup tanpa banyak masalah. Namun di balik itu, saya berusaha untuk selalu bersyukur atas segala hal yang terjadi dalam hidup ini. Saya punya keluarga yang terikat dalam kasih dan kami selalu kompak, walaupun sering terjadi cekcok antar anggota keluarga. At least mereka masih lengkap, dan cekcok ini hanyalah kerikil tajam dalam perjalanan hidup. Memiliki 2 nenek dari ayah dan ibu bagi sebagian orang merupakan suatu "musibah" besar dalam rumah tangga. Saya berani bertaruh, di antara 1000 rumah yang ditunjuk secara acak di Jakarta, belum tentu ada 1 rumah yang punya 2 besan. Namun, saya bersyukur masih bisa dipercayakan 2 nenek, dengan posisi saya sebagai cucu. Saya juga punya teman-teman yang luar biasa, saling mendukung dan saling mengerti, serta selalu kompak tentunya, di sekolah, kampus, maupun gereja. Jarang terjadi cekcok di antara kami. Saya juga tidak lupa bersyukur punya Tuhan Yesus yang luar biasa. Masih banyak alasan kita untuk bersyukur. Bercerminlah dan renungkan hal ini!
Hal lain yang membuat saya bisa terus bahagia adalah, positive thinking. Kata majemuk ini bukanlah mantera apa-apa. Ini hanyalah sikap kita, pola pikir kita, persepsi kita dalam menyikapi masalah. Setiap masalah yang diijinkan terjadi tidak mungkin melebihi kemampuan kita. Terkadang kita yang kurang berusaha keras dan cenderung 'manja'. Setiap masalah juga pasti punya makna di balik semuanya. Dari sini pula kita belajar untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Dengan adanya positive thinking ini, pasti jarang terjadi percekcokan, salah paham, atau apapun juga. Hati pun akan selalu damai dan tenteram. Otomatis ada juga yang namanya kebahagiaan atau sukacita. Lain halnya dengan negative thinking. Istilahnya, orang ingin berbuat baik saja dianggap ada maunya, dll. Orang seperti ini pasti sulit bergaul dan sulit bekerja sama dengan orang lain. Seberat apapun hidup ini, percayalah, kita bukan yang terburuk. Masih banyak orang di luar sana yang lebih perlu bantuan. Kadang malah mereka yang lebih susah dari kita yang lebih bisa membantu orang lain yang lebih kesusahan, dibanding kita.
Sulit memang untuk selalu berpikir positif. Saya pun merasakan hal yang sama. Kita sangat mudah menghakimi orang lain dari penampilannya, wajahnya, ataupun hal lain. Kita juga mudah jatuh dan sulit bangun jika terkena masalah. Pernahkah kita sampai bingung melihat orang yang secara ekonomi sangat lemah, dan tidak lupa selalu diterpa masalah, tapi justru mereka selalu terlihat berbahagia? Mungkin mereka adalah salah satu dari sedikit orang yang menikmati indah dan seni kehidupan ini. Kita juga sering kecewa dengan keadaan kita, yang paling sederhana adalah, kita merasa jelek secara fisik, merasa bodoh, sehingga kita makin rendah diri. Bagus tidak sampai bunuh diri. Saya banyak belajar dari Hee Ah Lee, pianis wanita berjari 4 dari Korea, yang tertolak sejak bayi. Hanya ibunya yang bersyukur atas anak ini. Otaknya tidak bisa dibilang cerdas, karena di usia di mana anak lain sudah bisa membaca dan menulis, dia belum bisa berbicara lancar. Sebagian orang mungkin menganggap sudah takdirnya ia menjadi pianis terkenal saat ini, namun saya katakan ini lebih ke sikap positif ibunya dan kerja keras dari Hee Ah Lee sendiri. Tuhan sudah mengijinkan ia lahir ke dunia ini, dan mereka berdua melakukan yang terbaik. Jadilah Hee Ah Lee yang sekarang, bukan dia yang masih bayi dan tertolak oleh seluruh keluarganya saat itu. So, it's all about mainset and struggle, isn't it?
Satu hal yang saya yakini, sebagian takdir memang di tangan yang Maha Kuasa, namun sebagian lagi merupakan keputusan kita, termasuk keputusan untuk menjadi orang yang bahagia. Lakukan saja yang terbaik yang bisa kita lakukan dalam menghadapi hidup ini. Tuhan cukup adil kok dalam melihat perjuangan kita dan tentunya memberikan jalan keluar. Apalah yang dicari manusia di dunia ini? Bukankah kebahagiaan? Sangat menyenangkan bisa menjadi orang yang bahagia, tentunya! Juga jika kita bisa selalu berpikir positif. Akhir kata, jadilah orang yang bahagia saat ini juga. Tidak sulit kok! ^^
Salam bahagia dan sampaikan salam bahagia ini kepada semua orang!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment